Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Cogito Ergo Sum | Addict to Art and Chocolate | #YNWA | I am a Hahahaha \m/

Rabu, 15 Februari 2012

Berempat , Berdiri Angkuh !

Hai malam... Aku menyapamu, apa kau dengar? Aku tahu kau mendengar, hanya membisu. Dan bisu itu bukan berarti tidak mendengar ya kan?

Malam...Coba dengarkan dan rasakan.. Ada yang mendesis, menderu-deru di telingaku. Siapa itu? Temanmu kah? Angin itu temanmu kan? Aku ingin berkenalan dengannya :)

Waaaw! Aku senang temanmu itu, manja sekali ya angin itu. Ramah mengusap wajahku, punggung tanganku, kakiku. Menghempas lembut jilbab biru mudaku. Terasa dingin, namun itulah angin, menyejukkan. Kombinasi antara malam dan angin, aku suka itu.

Duduk di antara angin dan malam, terasa perbedaan yang saling bertentangan. Paradoks memang. Malam dengan kesunyiannya tapi meramaikan hatiku dengan berbagai rasa. Angin dengan kesejukannya tapi membuat gerah tatkala bertindak dengan egoisnya.Tapi memang mereka diciptakan oleh Tuhan sebagai zat yang angkuh. Lebih angkuh dari manusia yang sangat paling angkuh di dunia ini.

Mereka selalu bersenang-senang di saat manusia sedih ataupun senang. Mereka slalu berada di sekeliling kita. Apakah mereka membantu permasalahan kita? Mereka selalu menari-nari sesuka hati. Indah memang indah mereka, menyakitkan memang sangat menyakitkan.

Hai malam! Tidak lucu! Hai kau! Ya kau! Angin angkuh!
Silakan! Teruslah tertawa, teruskan sepuas hatimu!

Aku disini membutuhkan teman berbagi. Tertawa di atas kesedihan temanmu ini pantaskah itu?

*sunyiii...sunyi...

Perlahan , sang angin menyepi, menepi di permukaan wajah ku lalu mengusap sang air mata yang meleleh dengan angkuh pula. Oh terima kasih teman baruku, kau memang diciptakan angkuh namun dalam sisi lain angin itu indah. Apalah artinya hidup kalau tidak ada angin sebagai udara? Ya kan?
Terima kasih malam, aku senang berkenalan dengan temanmu sang angin.

Eh, kalian tahu tidak malamku dan anginku?
Ada yang memaksaku untuk berkenalan. Aku tidak suka dipaksa! Pipiku ini sudah memerah malu pada dua temanku, apa kau mau membuatku bertambah malu?
Sekarang aku benci kau! Sang air mata! memalukan! Sudahlah...

Aku tahu malam tersenyum geli melihatku, aku tidak peduli. Namun angin tetap dengan keangkuhannya terus menari sambil mengusap pipi merahku yang semakin semu. Aku hanya tersenyum garing. Senyum menyakitkan.

Wahai angin, teruslah kau hapus sisa air mata ini. Dan hapus pula rasa sakit ini. Tapi!!!
Apa angin? Kau tidak bisa menghapus sakitku? Apa? Kenapa? Sampai sebegitukan angkuhmu?

Sang air mata terus menghakimiku, tidak berhentinya ia mengolok-olokku, sialan!
Aku mengumpat memaki-maki kesedihan yang aku buat sendiri. Lucu memang, sedih tanpa sebab yang pasti. Marah pada kesedihan sendiri. Hahahahahaha aku tertawa saat ini, tertawa geli sejadi-jadinya.

*sunyiii....sunyi..

Hei! Air mata itu tiba-tiba hilang. Kemanakah? Pergi kemana? Aku tersadar. Air mata itu menemaniku di kala sedih!
Malu! Aku malu! Malu sekali!
Sang air mata hanya datang pada saat hatiku menolak kesedihan ikut bersamaku...
Terima kasih air mata...
Tertawalah aku bersama sang malam dan sang angin, sang air mata pergi sambil tertawa geli pula. Bertambah merah saja pipiku ini...

Satu hal yang aku dapat dari malam ini dan teman-temannya, makna yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan ini. Malam, angin, air mata. mereka memang diciptakan untuk menjadi sang angkuh. Namun dari sisi lain, mereka itu lebih baik dari seorang manusia terbaik. Pun lebih angkuh dari seorang manusia yang paling angkuh di dunia ini.

Aku bisa melewati ketiga sang angkuh itu! Terangkuh dari yang paling angkuh di dunia. Lalu kenapa aku tidak bisa melewati sang angkuh lain? Sang manusia seperti beliau! Yang angkuhnya tidak akan pernah lebih dari keangkuhan ketiga sahabatku..

Harusnya selama ini aku mengumpat memaki-maki dan marah pada ketiga sahabatku, bukan pada beliau sang manusia? Kenapa?
Karena jikalau aku kehilangan mereka, kehidupanku hanya khayalan belaka.
Tapi kehilangan sang manusia? Sangat tidak pantas aku marah! Karena beliau bukan segalanya.. Tidak ada artinya di hidupku..

Aku bisa! Aku bisa tanpamu!
Beliau memang sangat angkuh dan egois nyaris sama seperti mereka ketiga sahabatku namun kebaikannya semu, kebagiaan sementara. Mengapa?!

Jikalau sang manusia angkuh, kebaikan semu semata, hanya satu yang sangat berharga dari beliau, petik saja hikmahnya! Itu lebih berharga dari sebuah pengorbanan yang mungkin berharga untuk beliau tapi tidak terasa olehku. Nikmatilah sang makna itu! Itulah yang terindah yang pantas dikenang olehku. Ya kan?

Haiii :)
Sang air mata datang lagi menghampiri. Kali ini yg kurasakan kesejukan, kedamaian, perasaan bahagia. Aku tahu, Menangis itu bukan berarti cengeng, tapi sebagai ungkapan dari beribu kata yang tidak bisa keluar sepatahkatapun dari bibirku..
Dan angin mengusap kembali pipi meronaku, dan malam menemani...

Begitulah seterusnya... Kami berempat berdiri dengan angkuh..

*sunyiii... sunyi... senyap...

Hanya menunggu hingga datang hari peradilan yang sesungguhnya. Mata, hati, telinga, kaki, tangan, bibir, semua bersaksi atas semuanya :)

GOD BLESS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar